Adikku Mengorbankan Segalanya Buatku dan Waktu Dia Disakiti Suamiku, Aku Minta Cerai, Tapi...

Keluarga kami adalah keluarga dari desa kecil. Sejak dulu keluarga kami miskin. Papa menikah dengan mama di usianya yang cukup tua setelah dikenalkan oleh orang lain. Mama sendiri meninggal setelah melahirkan adikku. Mungkin karena usianya juga sudah cukup tua waktu mama melahirkan adikku. Kemudian selama beberapa tahun, papa terus berjuang keras untuk menghidupi dan menyekolahkan aku dan adikku.



Beberapa lama kemudian, papa tiba-tiba sakit dan didiagnosis menderita gagal ginjal. Waktu itu, mungkin papa tidak mau merepotkan kami, karena itu papa meninggalkan semua uang yang dia punya beserta secarik surat, dan keluar dari rumah. Tidak mau membuat kami kerepotan katanya. Setelah papa pergi, aku hanya tinggal hidup berdua dengan adikku. Waktu itu aku sudah SMA 3 dan sudah hampir menghadapi ujian akhir. Tapi kepergian papa membuatku memutuskan untuk berhenti sekolah dan mencari kerja untuk membiayai sekolah adikku. Tapi aku kaget ketika sehari sebelum aku ingin memberikan surat berhenti sekolah, adikku memberitahuku kalau dia sudah keluar dari sekolah dan sudah mendapatkan pekerjaan supaya aku bisa sekolah. Aku menangis. Adikku bilang aku harus belajar yang baik. Hanya tinggal ujian akhir dan aku sudah bisa masuk kuliah.

Singkat cerita, aku pun berhasil menyelesaikan ujianku dengan baik dan mendapatkan universitas yang cukup idaman. Saat itu adikku masih bekerja sebagai buruh di sebuah kantor pembangunan yang cukup besar. Akhirnya aku pun masuk kuliah, belajar dengan baik dari uang yang diperoleh adikku, dan berhasil lulus dengan nilai yang sangat baik. Setelah kuliah, aku mencari pekerjaan dan mendapat sebuah pekerjaan yang cukup memuaskan. Demi membalas budi adikku, aku bekerja dengan sangat rajin dan dalam tahun pertamaku, aku berhasil bekerja sama dengan seorang bos besar untuk sebuah proyek dan bisa membeli rumah dalam waktu 3 tahun.


Aku berencana untuk memberikan rumah ini ke adikku waktu dia menikah nanti, karena saat itu dia juga sudah pacaran dengan seorang gadis cantik kenalan temannya. Tapi ironis, belum lama setelah aku membeli rumah, adikku kecelakaan di tempat kerja dan menjadi lumpuh, dia harus menjalani hidupnya diatas kursi roda. Hal ini juga menyebabkan pacarnya meninggalkannya. Aku sedih, tapi adikku tetap tegar. Dia bilang tidak ada kaki yang bisa dia pakai untuk berjalan pun dia akan berusaha dengan tangan dan otaknya. Dia terus berusaha untuk menyenangkanku.

Beberapa tahun kemudian, aku bertemu dengan pangeran idamanku dan berpacaran. Sebelum kami menikah, aku menceritakan keadaan adikku. Kukira dia akan meninggalkanku karena tahu keadaan keluarga kami, tapi ternyata dia tidak keberatan. Saat itu, kukira aku menemukan seorang pria yang cukup bisa diandalkan. Kami pun menikah.

Setelah menikah, kami semua tinggal di rumah yang awalnya kubeli untuk adikku itu. Tidak lama kemudian aku juga hamil. Kehamilanku ini membuat pekerjaanku diperingan oleh kantor sehingga aku bisa punya waktu lebih banyak untuk menjaga adikku. Suatu hari saat aku sedang berjalan pulang, aku bertemu dengan tetanggaku yang sedang berjalan dengan anaknya. Aku hanya menyapa mereka dan berencana untuk kembali berjalan, tapi tiba-tiba anak dari tetanggaku ini berkata, "Tante, aku tadi lihat om Lin mukul om XiaoWei. Tante kamu harus kasih tau om Lin supaya nggak begitu..."

Mendengar hal itu, aku langsung pulang dan sesampainya di rumah, aku melihat raut wajah adikku yang kesal dan sedih, tapi berusaha dia sembunyikan begitu melihatku. Aku kemudian langsung masuk ke kamar dan menampar suamiku yang saat itu sedang berada di depan komputernya. "Kamu ngapain sama adikku?! Kamu kira aku nggak tahu? Tetangga kita bahkan melihat kamu lagi mukulin adikku!" Suamiku terdiam. Adikku berusaha untuk melerai kami dan berkata tidak apa-apa. Aku langsung menangis. Suamiku yang kehilangan kata-kata dan melihatku begitu emosi langsung keluar rumah sejenak. Aku sedih. Aku berkata pada adikku kalau aku akan bercerai saja kalau hal ini terjadi setiap hari. Tapi adikku melarangku. Susah payah aku menemukan seorang suami, bahkan aku sudah mengandung, kalau bercerai, semua ini tidak akan baik di mata orang, katanya. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku sayang adikku dan bagiku, dia lebih dari segalanya...

Related Posts:

0 Response to "Adikku Mengorbankan Segalanya Buatku dan Waktu Dia Disakiti Suamiku, Aku Minta Cerai, Tapi..."

Post a Comment

Page Views